Muara Teweh – Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara (Dinkes Barut) menggelar kegiatan Workshop Pelatihan Pendataan Pengumpul Data (Puldat) Enumerator Study Ehra, di aula Dinas Kesehatan setempat, Rabu (19/10/2022).
Kegiatan tersebut dibuka Kadis Kesehatan H Siswandoyo, dihadiri Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Enny Franziah, narasumber Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah serta seluruh peserta.
Kadis Kesehatan Barito Utara Siswandoyo mengatakan dalam kerangka tujuan pembangunan Sustainable Development Goals ada 6 (enam) tujuan utama, diantaranya air bersih dan sanitasi layak, pemerintah menetapkan RPJMN 2020-2024 yang menargetkan terwujudnya 100% akses air minum layak (Termasuk 15 persen akses air minum aman dan 30 persen air minum perpipaan).
“Termasuk 90 persen akses sanitasi layak (termasuk 15 persen akses sanitasi aman), serta 0 persen buang air besar sembarangan di tempat terbuka. Dengan adanya darurat iklim, kondisi ekonomi global, sehingga covid-19, maka Indonesia perlu meningkatkan upaya penyediaan air dan sanitasi untuk kepentingan masyarakat sekaligus mencapai pembangunan berkelanjutan,” kata Siswandoyo.
Selain itu juga, kata Kadis Kesehatan, program percepatan pembangunan sanitasi pemukiman (PPSP) dilaksanakan bersama antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota melalui strategi dan program pembangunan yang komprehensif, terintegrasi, berjangka panjang dan melibatkan berbagai pihak.
“Starategi ini harus di ikuti komitmen dan kerja keras semua pihak, baik bidang pendanaan, penguatan kelembagaan dan SDM, penegak peraturan, pemilihan opsi teknologi sanitasi yang tepat, dan meningkatkan partisipasi dunia usaha dan masyarakat,” kata dia.
Dikatakann lagi, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam pembangunan bidang sanitasi khususnya di Kabupaten Barito Utara adalah, masih kurangnya koordinasi antara pihak-pihak yang berkepentingan, baik di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Ia juga mengatakan, pemerintah kabupaten/kota belum memiliki dokumen perencanaan sanitasi yang baik, sesuai persyaratan yang telah ditetapkan program PPSP. Dan pembanguna sanitasi masih dilakukan secara persial, utamanya di daerah pedesaan yang memiliki pola permukiman yang menyebar serta berada disepanjang sungai dan jalan.
Lebih lanjut Siswandoyo, pembangunan sanitasi masih terbatas pada pembangunan fisik belum di imbangi dengan kesiapan atau penguatan kelembagaan dan SDM, opsi teknologi sanitasi yang tepat, dan partisipasi dunia usaha dan masyarakat.
Selain itu juga, dukungan penganggaran program kegiatan sanitasi pemerintah provinsi dan pusat belum di imbangi dengan readiness criteria kabupaten/kota. “Tanpa rencana yang baik maka pembangunan sanitasi tidak dapat berkelanjutan,” ucapnya.
Dikatakannya, melalui program PPSP kabupaten/kota akan difasilitasi untuk menyusun dokumen perencanaan sanitasi berupa buku putih sanitasi, strategi sanitasi kota (SSK). “Dalam penyusunan buku putih sanitasi kabupaten Barito Utara dimana salah satu kegiatannya merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan adalah Study Ehra,” imbuhnya.
Kabid Kesmas Dinas Kesehatan, Enny Franziah mengatakan, selama proses pertemuan workshop pelatihan pendataan pengumpul data (Puldat) Enumerator Study Ehra metode yang digunakan adalah ceramah dan Tanya jawab, praktek simulasi dan curah pendapat.
“Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan ini sebanyak 17 orang Kepala Puskesmas, 17 orang pemegang program Kesehatan Lingkungan dan 6 orang sebagai peserta aktif lintas sector diantaranya adalah 2 orang dari Dinas PUPR, 2 orang dari Bappedalitbang dan 2 orang dari Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Utara,” kata Enny Franziah.(ard)